ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN, bapak ilmu kimia
THE FATHER OF MODERN CHEMISTRY ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN |
Nama lengkapnya Jabir bin Hayyan bin Abdullah Kufi yang biasa dipanggil Abu Musa dan dikenal dengan Shufi. Dilahirkan di desa Thus Khurasan kemudian tinggal di Kufah. Kapan ia lahir, tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan ia lahir tahun 721 M, dan meninggal pada tahun 815 M. Di kalangan ilmuan Barat, ia dikenal dengan nama Geber, yang berasal dari kata “ jabir”. Asal-usul kesukuan Jabir memang tak terungkap secara jelas. Satu versi menyebutkan, Jabir adalah seorang Arab. Namun, versi lain menyebutkan ahli kimia kesohor itu adalah orang Persia.
Dia
menempuh pendidikan di bawah bimbingan dari dua gurunya yaitu Khalid bin yazid
yaitu orang pertama yang berbicara ilmu kimia dan Imam Ja’far Shadiq yang
dipanggil oleh Jabir dengan sebutan Sayyidi (tuanku). Pada awalnya, dia
menangani bidang obat-obatan di bawah dukungan Barmaki Vizir selama
kekhalifahan Abbasiyah dari Harun al-Rasyid. Dia mengalami beberapa perubahan
karena jatuhnya Barmaki dan ditempatkan dalam rumah penjara di Kuffah, hingga
akhir hayatnya pada tahun 803 M. Pada awal karirnya dia berada di bawah
kekuasaan Barmaki Vizir saat kekhalifahan Abbasiyah dari Harun al-Rasyid.
Dialah
orang pertama kali menemukan campuran kimia antara berbagai misteri, misalnya
arsenic (zirnikh), antimony (itsmid). Teori yang kuat menyatakan bahwa hal itu
akan membentuk barang tambang geologis, yang dinamakan teori tambang air raksa.
Di antara temuannya yang lain adalah campuran baja, pemakaian O2
dalam pembuatan kaca, dan lain-lain. Penemuannya telah dijadikan dasar oleh
para ilmuwan Eropa pada abad pertengahan dalam menyingkap rahasia kimia. Dalam
buku karangannya yang pertama, terdapat istilah-istilah kimia, seperti garam
amoniak (milh al-nasyadir), alkalin (al-qilwiyat), alembic (al-imbid), baja
(al-itsmid), dan lain-lain yang tercantum dalam dua bukunya, kitab Shina’ah
al-kimiya’,dan kitab al-Sabi’in. . Jabir menekankan
bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga
dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi
lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta
pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Sebagai
anak bungsu dalam keluarganya, dia sering dimanjakan oleh saudara-saudaranya
yang lain. Meskipun demikian, Jabir lebih suka menyendiri sambil memperhatikan
fenomena alam dari awal dan tentang dunia kehidupan. Dia sering meneliti ikan
di sungai Hiri Rud, membuat penelitian ke hutan belantara di sekitar Tus serta
kebun-kebun yang dipenuhi oleh tumbuhan dan binatang serta unggas.
Jabir
tidak bosan-bosannya untuk bertanya kepada ayahnya mengenai apa yang tidak dia
ketahuinya. Hayyan selalu memperhatikan kecerdasan dan rasa ingin tahu anaknya.
Dia mengajarkan Jabir tentang beberapa rahsia alam sejak awal mengenai galian
dan batuan. Hayyan bingung setelah besar nanti anaknya akan cenderung ke arah
penelitian seperti ahli falsafah dan ahli kimia. Ia harus sabar menghadapi
anaknya yang selalu ingin tahu itu.
Hayyan
menjelaskan kepada Jabir tentang batuan seperti yang difahami oleh ahli
falsafah dan selalu mengingatkan anaknya agar tidak menyia-nyiakan umurnya
untuk mengkaji masalah ini. Sebaliknya dia menasihati anaknya agar mendalami
dulu ilmu pengetahuan sejak awal dan matematik, kerana dengan mengetahui kedua
ilmu ini kita bisa memperoleh masalah-masalah baru dalam ilmu kimia.
Pada
zaman Kekuasaan Bani Umayyah yang terakhir iaitu pada zaman Marwan bin
Muhammad, bintang kerajaan Umayyah hampir padam. Ketika itu Jabir telah berusia
dua puluh tahun. Pergolakan untuk merebut kekuasaan politik semakin meruncing
antara Bani Umayyah, Bani Hasyim, dan kubu Alawiyyah. Para ahli propaganda Bani
Hasyim dan kubu Alawiyyah memasuki seluruh pelosok wilayah Iran, Fars, dan Iraq
agar rakyat semuanya bersatu untuk memberi dukungan kepada Bani Hasyim dan
Alawiyyah.
Kelemahan
telah menjalar dalam urat nadi Bani Umayyah, penyakit tua telah menguasai insan
yang telah lanjut usia juga bisa terjadi kepada umur kekuasaan. Penyakit tua
ini juga menjalar dalam kerajaan Umayyah.
Hayyan
bekerja keras untuk menolong Ahlul Bait, yaitu keturunan Rasulullah saw. dengan
lidah dan pedangnya. Dia ikut berjuang bersama-sama pemimpinnya, Abu Muslim
Khurasani. Demi tujuan ini, dia meninggalkan keluarganya berbulan-bulan
lamanya, berkumpul bersama tokoh politik dan berperang bersama tentara.
Begitulah keadaannya selama beberapa tahun.
Pada
suatu hari, Jabir ingin mengangkat pedangnya dan keluar untuk menentang tentara
Umayyah yang dipimpin Nasr bin Sayyar, tetapi dilarang oleh ayahnya. Hayyan
berkata kepada anaknya, “Allah tidak menciptakan manusia sepertimu untuk
berperang maupun untuk politik. Seorang ilmuwan itu seperti satu umat dengan
sendirinya. Ilmuwan ialah pewaris para Nabi pada setiap zaman dan tempat.
Sekarang, pergilah merantau ke barat, yaitu antara wilayah-wilayah Islam dan
carilah ilmu. Tidak banyak ilmu yang ada di kawasan kita ini.”
Hayyan
meninggalkan keluarganya sambil berjanji akan kembali lagi. Namun, Hayyan tidak
kembali kerana dia mati syahid di medan pertempuran. Jabir mengikuti nasihat
ayahnya untuk tidak berkecimpung di bidang politik atau berperang tetapi ia
tekun mempelajari ilmu pengetahuan.
Ketika
kerajaan Umayyah telah tamat riwayatnya dan tampuk kekuasaan dipegang oleh
Khaifah Abbasiyyah pertama iaitu Abu al Abbas. Ibu kota kerajaan beralih dari
Damsyik ke al Anbar, di sebelah barat sungai Furat (Efrat) yang terletak di
timur laut Kufah, Iraq.
Wilayah-wilayah
Iraq telah berikrar akan taat dan setia kepada khalifah yang baru. Pada waktu
itu, usia Jabir sudah memasuki tiga puluh tahun. Waktu yang bersamaan dengan
tahun ke-32 pada abad pertama Hijriah.
Jabir
menyiapkan bekal untuk mengembara mencari ilmu. Dia membujuk ibunya agar menemaninya
dalam pengembaraan itu. Saudara-saudaranya yang lain tinggal dengan kaum
kerabat mereka dari Bani Azd di kampung Tus. Jabir juga membawa kitab-kitabnya
dan menetap di Kufah dalam sebuah rumah yang terletak di lorong Bab ash Sham
yang kemudian diberi nama Jalan Emas karena Jabir menetap di situ
bertahun-tahun lamanya.
Kufah
terletak di salah sebuah anak sungai Furat. Kufah mulai dibangun oleh Saad bin
Abi Waqqas sebagai markas tentaranya. Setelah itu, Kufah menjadi ibu kota
pemerintahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Tulisan Arab yang kini dikenal
sebagai Khat Kufi berasal dari kota ini. Kota Kufah mempunyai iklim yang
menarik. Institut ilmu Fiqih dan ilmu Bahasa di kota ini menyaingi institut
dalam bidang serupa di kota Basrah.
Cukup
lama Jabir menetap di Kufah. Tahun berganti tahun. Abu al Abbas wafat dan
digantkan oleh Abu Ja’far al Mansyur.
Suatu
hari Jabir sedang membaca dalam kamarnya sambil menulis hawamisyatau
anotasi. Tiba-tiba ibunya masuk dan memperkenalkan seorang tamu yaitu Imam dan
Faqih Ja’far ash Shadiq yang adalah sahabat ayahnya.
Imam
Ja’far ash Shadiq bertanya kepada Jabir tentang apa yang dipelajarinya yang
berhubungan dengan ilmu agama, kerana seorang ilmuwan itu harus memiliki
nilai-nilai agama dan menguasai ilmu bahasa.
Imam
Ja’far merasa gembira setelah Jabir memberitahu bahawa dia hafal Alquran,
banyak hadis selain mengetahui nahwu dan sharaf serta
fiqih dan bahasa.
Imam
Ja’far berkata kepada Jabir, “Segala puji bagi Allah. Ingatlah selalu Jabir,
bahwa bahasa seorang ilmuwan itu harus sesuai dengan maknanya. Dalam bidang
ilmu, sepantasnya kata nama yang menunjukkan diri seorang hanya memberi arti
seorang, bukan sebaliknya.”
Imam
Ja’far mengajarkan Jabir ilmu kimia seperti yang terdapat pada orang Yunani,
Mesir, Parsi, India dan Cina. Beliau juga mengatakan bagaimana ilmu-ilmu itu
selalu berhubungan satu dengan lainnya.
Imam
Ja’far ash Shadiq mengirimkan kitab Qaratis dari Madinah kepada Jabir. Jabir
mengkaji buku ini dengan tekun sampai ia faham benar isi kitab tersebut. Ia
mengkaji warisan ilmu para ilmuwan kimia terdahulu, termasuk ilmuwan Parsi dan
Cina. Keahlian seni pertukangan dan pengobatan juga dipelajarinya.
Setelah
sekian lama, Jabir menerima surat dari Imam Ja’far ash Shadiq yang ditulis
sebelum beliau wafat. Dalam surat itu, Imam Ja’far ash Shadiq berkata kepada
Jabir, “Wahai Jabir, seberat-berat kesalahan adalah orang yang suka mengurangi
hak saudaranya. Siapa yang suka mengurangi hak saudaranya, maka Allah akan
menimpakan kesusahan kepadanya. Jika iman kita mantap, kebakhilan pun hilang
seperti tercabutnya bulu dari kulit. Jabir, sesudah memberikan hak keluargamau,
janganlah kamu melebihkan seseorang dengan yang lainnya. Jika kamu berbuat
begitu, niscaya kamu tergolong ke dalam orang yang sesat.”
“Jabir,
terimalah murid-murid yang ingin mewarisi ilmu setelah kamu. Berkat bimbingan
dan ajaranmu, mereka akan dapat memanfaatkan kitab-kitabmu yang sulit difahami.
Ilmu yang utama ialah ilmu amal, kemudian barulah ilmu kitab.”
“Ujilah
orang yang belajar denganmu, seperti kamu menguji benda dan unsur, kerana
manusia itu bagaikan logam. Tidak seorangpun petani yang mau menanam pohon pada
batu, maupun di tempat yang tandus.”
“Ketahuilah
Jabir, ilmu itu bukanlah penghasilan orang perorangan atau seorang ilmuwan.
Jangan hanya menetap di Kufah saja sampai kamu dimakan usia, seperti air yang
akan menjadi keruh kerana disimpan terlalu lama. Ilmu itu ibarat serbuk bunga
yang ditiup angin sampai ke mana-mana. Mengembaralah untuk mencari ilmu dan
untuk menemukan para ahli. Jauhilah raja sekuat yang kamu mampu”
“Berhati-hatilah
agar tidak seorangpun mencuri ilmu kamu untuk masalah-masalah mungkar. Jangan
memberikan jalan untuknya mendapatkan rahasia yang terkandung di dalam
kitab-kitabmu untuk tujuan jahat.”
“Tentukan
apa yang kamu perlukan dalam ilmu kimia dan jangan terlalu jelas agar ilmuwan
saja yang bisa memahami kamu, kerana hanya ilmuwan dan pakar yang mampu
memahami rahasia pembuatan. Oleh sebab itu, mudahkanlah kaedah pemahaman dan
pencernaan bagi para ilmuwan. Jangan biarkan bahasa menguasaimu tapi kuasailah
bahasa itu. Jangan biarkan keterangan dan data membanjirimu tapi letakkan
sesuatu itu pada tempatnya yang wajar.”
“Ketahuilah
Jabir, bahwa ada orang yang menyalahgunakan ilmu sebagaimana orang yang
menyalahgunakan agama. Jauhilah orang yang demikian, kerana dia akan merusak
amalan ilmunya di hadapan manusia di dunia ini dan di hadapan Allah pada
akhirat nanti.”
Jabir
pindah ke Baghdad setelah Khalifah Mansur selesai membangun kota tersebut dan
memindahkan semua pusat pemerintahan kerajaan dari kota Hasyimiyyah (al Anbar).
Istri
Jabir menginginkan suaminya untuk mengajarkan anak-anak mereka rahasia ilmu
kimia tetapi Jabir enggan melakukannya. Jabir berkata kepada isterinya, “Istriku,
memang saya sangat menyayangi anak-anak kita, tetapi tidak seorang pun dari
mereka yang berbakat menerima ilmu ini. Mereka tidak memiliki sifat keilmuan
sejak dini, maupun kemauan yang gigih untuk menuntut ilmu. Walaupun dalam rumah
ini banyak terdapat buku, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang
mengetahui ilmu sains atau matematika. Saya tidak menyalahkan mereka dengan
kekurangannya. Setiap orang diciptakan oleh Allah untuk pekerjaan yang memang
telah dimudahkan untuknya.”
Jabir
menunjuk pada lampu yang tergantung di atas kepalanya, lantas ia berkata,
“Cahaya lampu ini lebih lemah dari cahaya lampu yang tergantung di
jendela-jendela istana Mansur dan istana Mahdi. Akal manusia, seperti lampu
pelita, ada yang terang ada juga yang suram, dan ada yang di antara keduanya.
Ilmu kimia tidak bisa dipikul amanahnya melainkan oleh orang yang berjiwa kuat
dan bercita-cita tinggi. Siapa yang mencintai ilmu maka ilmu itu menjadi harta
yang mulia pada dirinya.”
“Saya
tidak mampu, bahkan guru yang lain juga tidak mampu untuk memberikan anak-anak
kita gelas berisi ilmu untuk diminum. Bagaimanakah kita bisa membuka pikiran
mereka untuk mempelajari ilmu yang banyak, sedangkan mereka sendiri tidak suka
kepada ilmu, tidak seperti keinginan mereka akan kemewahan. Ilmu yang diberikan
kepada orang tidak seperti air yang tumpah ke pasir. Ilmu itu ialah bencana
bagi orang yang tidak sanggup mengamalkannya.”
Jabir
bin Hayyan mengajarkan ilmu ukuran, kaedah-kaedah timbangan dan dimensi, dan
apa pun ketika melakukan penelitian. Semua ini baru dipelajari di Eropa enam abad
kemudian. Jabir juga mengajarkan bahwa setiap benda bisa terbakar, logam (yang
keras) bisa dioksidakan dan terbuat dari bahan merkuri, sulfit atau garam
galian (ini ialah pendapat Philogestin). Dunia mengenal pendapat ini seribu
tahun setelah Jabir.
Dia
juga mengajarkan yang berkenaan dengan teori kimia yang terjadi ketika
pencantuman atom unsur-unsur yang saling bereaksi. Ini ialah pendapat yang
dikatakan kembali oleh Dalton seribu tahun setelah Jabir.
Jabir
juga mengajarkan bahwa ada kemungkinan dari segi teori untuk menukar
logam-logam biasa dengan logam-logam yang mahal, dan sebaliknya. Pendapat yang
dibuktikan keabsahannya pada kurun abad ke-20 dalam bidang fizik.
Jabir
menciptakan batu kaustik (nitrat perak) untuk mengobati luka atau anggota tubuh
yang rusak. Proses ini diketahui dan digunakan sampai sekarang. Kemudian beliau
menciptakan tinta yang bersinar dari karat besi. Tinta ini berguna untuk
membaca surat yang berharga atau surat-surat ketentaraan dalam peperangan pada
waktu malam yang gelap tanpa harus memerlukan lampu. Kemudian beliau
menciptakan cat yang memlihara pakaian dari kelembaban, cat yang menghindari
pengoksidaan besi, dan cat yang membuat kayu api. Cat ini adalah titik awal
ilmu perawatan dasar pada zaman sekarang.
Jabir
menciptakan kertas anti api yang bisa digunakan untuk menulis dokumen berharga
dan surat-surat penting. Setelah menemukan air perada serta air emas, Jabir
menemukan air perah, unsur kalium, garam amonia, sulfit, merkuri, asid
sulfurik, sulfat merkuri, oksida arsenik, karbonat plumbum, unsur antimoni,
klorida merkuri, unsur natrium, lodit merkuri, dan minyak vitriol asli.
Sebelum
itu, Jabir telah menemukan acid nitrik dan acid hidroklorit. Kedua acid (asam)
ini telah memungkinkannya mendapatkan air perada. Jabir menciptakan penyulingan
cuka (acid asetik) yang kini disebut khalik salji, proses pencelupan kain,
untuk menyamak kuli, dan memisahkan perak dari emas dengan menggunakan acid
nitrik.
Jabir
menggunakan oksida magnesium untuk membuat kaca. Dia menguraikan proses kerja
kimia sejak awal dengan baik sekali yaitu penguapan, pemisahan, penempatan.
Jabir adalah orang pertama yang merintis proses peleburan dan pembentukan logam
dengan menggunakan oksigen. Jabir menjelaskan tentang racun dan bagaimana
membuang bisanya dengan menggunakan ilmu toksikologi.
Orang
barat mengetahui penemuannya dari orang Arab sewaktu peperangan Andalusia,
Syiria, dan Asia Kecil dari para pengembara dan pedagang yang menyeberangi Laut
Mediterania. Orang Barat mulai menterjemahkan buku-buku Jabir ke bahsa latin
menjelang abad ke-13 Masehi, yaitu empat abad setelah Jabir.
Di
antara kitab yang paling terkenal ialah kitab al Khalis, kitab al
Istitmam, kitab al Istifa, dan kitab at Taklis. Holmyard
menyebutkan dalam bukunya al Kimiya ilal asr Daltun (Kimia
hingga ke zaman Dalton) bahawa kitab-kitab karangan Jabir yang diterjemahkan ke
bahasa Latin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ilmu kimia di
Eropah. Di zaman abad pertengahan belum ada kitab yang seperti kitab-kitab
Jabir.
Dari
bahasa Arab dan Latin, kitab-kitab Jabir diterjemahkan ke bahasa Eropa yang
lain. Kitab ini menjadi dasar ilmu kimia di Eropa sampai penghujung abad ke-18
Masehi. Banyak penemuan orang barat yang dikaitkan dengan pendapat dan teori
Jabir.
Banyak
bab dalam buku-buku itu mengatakan tentang Jabir, di antaranya Kardan Fo,
Holmyard, George Sarton, De Lacy O’Leary, dan Bartello. Paul Kraus menerbitkan
sebuah buku tentang Jabir dalam dua jilid.
Di
Paris, Holmyard menerbitkan hasil karya Jabir tentang ilmu kimia, anatara
kitab-kitab Jabir dalam versi bahasa Arab yang awal telah hilang, tetapi
terjemahan Latinnya masih ada. Ini juga dilakukan oleh Paul Kraus dalam
bukunya al Mukhtar min Rasa’il Jabir (Koleksi pilihan dari
risalah-risalah Jabir) yang dihasilkan di Kaherah.
Paul
Kraus dan Holmyard berpendapat bahwa dalam mewarisi ilmu kimia Yunani dan
Timur, Jabir bin Hayyan adalah ahli kimia yang paling banyak melakukan
penelitian dan uji coba serta penyusunan, paling jauh dari sifat rahsia dan
kiasan. Mereka juga berpendapat bahwa kebijaksanaan Jabir meninggalkan taraf
kerja-kerja dalam makmal dan manjauhkan alam tahayul.
Oleh
sebab itu, teori-teorinya menjadi jelas dan rapi. Disebabkan oleh analisisnya
yang tajam dan tuntas. Jabir bin Hayyan meletakkan ilmu kimia di atas landasan
yang mantap dan kuat.
Tokoh
besar yang dikenal sebagai “The father of modern chemistry” ini ternyata tidak
hanya ahli di bidang kimia, akan tetapi beliau juga ahli di bidang farmasi,
fisika, filosofi dan astronomi. Jabir Ibnu Hayyan terbukti telah mampu mengubah
persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat
dimengerti dan dipelajari oleh manusia.
Jabir Ibnu Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik destilasi dan teknik kristalisasi. Beliau juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar dalam berkembangnya ilmu kimia dan teknik kimia modern saat ini.
Jabir Ibnu Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik destilasi dan teknik kristalisasi. Beliau juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar dalam berkembangnya ilmu kimia dan teknik kimia modern saat ini.
Jabir
Ibnu Hayyan juga mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam
proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Beliau adalah
orang pertama yang mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan
gelas kaca. Beliau juga orang pertama kali yang mencatat tentang pemanasan wine
akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan
jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.
Semua
penelitian Jabir tentang ilmu kimia ini ternyata diterjemahkan kedalam bahasa
latin dan menjadi buku teks standar untuk para ahli kimia di Eropa saat ini.
Beberapa diantaranya adalah kitab Al-Kimya yang diterjemahkan pada 1144 dan
Al-Sab’een yang edisi terjemahanya terbit pada 1187. Beberapa tulisan Jabir
juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot ke dalam beberapa buku, yaitu Book
of the kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury.
Berikut
urutan buku-buku karya Jabir Bin Hayyan :
- Kitab Al-Kimya
- Kitab Al-sab’een
- Kitab Al-Rahmah
- Kitab Al-Tajmi
- Kitab Al-Zilaq Al-sharqi
- Book Of The Kingdom
- Book Of Eastern Mercury
- Book Of Balance
Kemajuan
pesat ilmu kimia berawal dari hasil kerja keras pakar kimia Muslim, yaitu Jabir
bin Hayyan yang tenar dengan nama Geber di Eropa. Bahkan, seperti yang ditulis
oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya Tarikh Ibnu Khaldun I/695, Jabir Ibnu Hayyan
pernah dinobatkan sebagai ilmuwan terbesar di semua masa. Para ilmuwan mengakui
kapabilitasnya di bidang ilmu kimia, sampai-sampai ilmu kimia dinamakan ilmu
Jabir. Namun pada saat ini ternyata ilmu kimia tetap saja disebut ilmu kimia.
Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali
menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh.
Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar
perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian,
dan lain lain.
Ilmuwan
yang disebut sebagai Bapak Kimia Modern ini adalah peletak dasar metode ilmiah
untuk penelitian eksperimental. Selain ia banyak mengarang buku di bidang ilmu
kimia, beliau juga mengarang buku di bidang farmasi. Jabir telah menorehkan
sederet karyanya kurang lebih dalam dua ratus (200) kitab. Sebanyak delapan
puluh kitab yang ditulisnya mengkaji dan mengupas seluk-beluk ilmu kimia.
Sebuah pencapaian yang terbilang amat prestisius. Sebanyak seratus dua belas
(112) buku karya Jabir secara khusus ditulis untuk dipersembahkan kepada
Barmakid selaku gurunya, yang juga pembantu atau wazir Khalifah Harun Ar-
Rasyid. Buku-buku itu ditulis dalam bahasa Arab. Di antaranya, Sirr Al-Asrar
(Rahasianya Rahasia), Al-Mawazin (Timbangan/Kesetimbangan), Al-Khawwash
(Khasiat-Khasiat), dll. Sudah banyak bukunya yang diterjemakan dalam berbagai
bahasa di Eropa dan menjadi literatur referensi selama beberapa abad di
berbagai universitas di Eropa.
Pada
abad pertengahan, orang-orang Barat mulai menerjemahkan karya-karya Jabir itu
ke dalam bahasa Latin (Tabula Smaragdina). Dari ketujuh puluh kitab yang
diterjemahkan itu, salah satu kitab Jabir yang terkenal adalah Kitab Az-Zuhra
yang diterjemahkan menjadi Book of Venus dan Kitab Al-Ahjar yang dialih
bahasakan menjadi Book of Stones. Sebanyak 10 buku lainnya yang ditulis oleh
Jabir adalah kitab koreksi yang berisi klarifikasi mengenai para pakar kimia
Yunani seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles. Sisanya, kitab yang
ditulis Jabir merupakan buku-buku keseimbangan. Dalam buku kelompok ini, Jabir
melahirkan teori yang begitu terkenal, yakni ‘teori keseimbangan alam.’
Risalah-risalah
karya Jabir yang secara khusus membahas ilmu kimia antara lain’ Kitab Al-Kimya
dan Kitab As-Sab’in. Kitab penting itu juga sudah diterjemahkan ke bahasa Latin
pada abad pertengahan. Kitab Al-Kimya menjadi sangat populer di Barat setelah
diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Robert of Chester pada tahun 1144 M.
Al-Kimya versi alih bahasa berjudul The Book Composition of Alchemy. Sedangkan
Kitab Al-Sab’in diterjemkan oleh Gerard of Cremona.
Beberapa
karya Jabir lainnya juga dialihbahasakan oleh Berthelot ke dalam bahasa
Inggris, diantaranya; Book of Kingdom, Book of the Balances, serta Book of
Eastern Mercur. Buku karya Jabir lainnya juga mendapat perhatian dari ilmuwan
Inggris bernama Richard Russel.
Pada
abad ke-17 M, Russel menerjemahkan buku yang ditulis Jabir ke dalam bahasa
Inggris berjudul Sum of Perfection. Dalam buku itu, Russel memperkenalkan Jabir
dengan nama Geber seorang pangeran Arab terkenal yang juga seorang filsuf. Sum
of Perfection selama beberapa abad begitu populer dan berpengaruh. Buku itu
telah mendorong terjadinya evolusi kimia modern. Begitu berpengaruhnya buku
karya Jabir di Eropa dan Barat yang pada umumnya telah dibuktikan dengan
munculnya beberapa istilah teknis yang ditemukan dalam kamus kimia Barat dan
menjadi kosakata ilmiah yang sebelumnya digunakan Jabir seperti istilah
‘alkali.’
Sejarah
telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di
dunia modern menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Bahkan bermula dari
dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran), diseminasi
dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh
masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment
(pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk
mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern.
Menyimak betapa besar kontribusi Islam
terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya
berterima kasih kepada umat Islam. Oleh karena itu, pada hari ini umat Islam
perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas
sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam
menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
Wallahu a’lam bissawaf.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Husayn
Ahmad.2000. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, bandung :PT Remaja Rosdakarya, Cetakan Ketujuh. Said,Muhammad.Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah.Jakarta Timur : PT Pustaka Al-Kautsar. cetakan pertama.
Triningsih,MandaMila.2003.Cendekiawan Islam. Yogyakarta : PT “ Kota Kembang”.cetakan1.
Triningsih,MandaMila.2003.Cendekiawan Islam. Yogyakarta : PT “ Kota Kembang”.cetakan1.
BUKU
BIOGRAFI PARA ILMUAN ISLAM
https://taufikrahmatullah.wordpress.com/.../mengenal-sosok-jabir-bin-hayan,diakses pada rabu, 16 maret 2016.
http://www.kompasiana.com/zaenuzlah93/menelisik-temuan-jabir-ibnu-hayyan-di-bidang-kimia-dalam-meningkatkan-perdaban-dunia_550e8b65813311bf2cbc652c,diakses pada kamis, 17 Maret 2016.
Komentar
Posting Komentar